Senin, 24 Agustus 2009

Sabtu, Oktober 10, 2009 | 0 komentar »

Telah terjadi kesalah pahaman tentang “tujuan akmu berdiam diri”. Dalam hal ”berdiam diri” ini tak bisa menyalahkan salah satu atau keduanya sama-sama salah, karena: 1.Kau tak pernah bilang apa tujuan kamu berdiam diri dan menghindariku, 2.Aku salah paham dan terbesit olehku dan mengira kau berusaha jauh dariku dan berusaha sedikit demi sedikit pergi ninggalin aku. Disini siapa yang salah? Aku tak tahu. Aku buta. Menurutku dalam hal ini, kedua-duanya salah, karena: 1.Kamu: Jika saja kau utarakan dan tunjukkan apa maksud dan tujuan kamu berdiam diri dariku (katamu untuk menyembuhkan lukamu dan berharap aku datang menemuimu), maka aku tahu maksudmu dan takkan salah paham seperti ini. 2.Aku: Aku yang sudah berpikiran negatif mengira kamu bakalan ninggalin aku. Karena setahuku, kamu sering tergesa-gesa dalam mengambil suatu tindakan yang fatal. Dan salahku juga tak tahu apa maksudmu, sehingga aku tak bisa reflek melakukan apa yang kamu inginkan dalam tujuanmu mendiamkan diri dariku, aku tak bisa spontan melakukan apa yang pernah aku janjikan kepadamu. Yang akhirnya membuatmu kecewa dan menganggap itu hanya mitos dariku semata. Itulah kefatalanku, hanya karena 1 ( salah paham ) akibatnya berakar menjalar kemana-mana dalam hubungan kita. Memang aku pantas untuk dipersalahkan dalam hal ini, karena memang aku salah. Memang salah. Kau benar, kau telah menyalahkanku. Namun jika dunia berbalik, jika suatu saat masalah ini datang untukmu, jika kau melakukan kesalah pahaman persis seperti cerita di atas. Maka kesekian kalinya kamu bakal mengatakan, ”Kenapa kau selalu mengekang dan menjeratku?! Bisa nggak sih kamu ngertiin aku sedikit aja, aku kemarin salah menafsirkan maksud kamu! Tapi kenapa kau tetap marah padaku dengan alasan karena aku tidak datang menemuimu dan menyembuhkan lukamu?! Padahal kau sudah tahu kan, saat itu aku salah tangkap, salah paham. Tapi kenapa kau terus menyalahkanku seakan-akan kau memaksaku seperti itu?! Kenapa?! Sungguh aku kecewa terhadap sikapmu tahu nggak?” Dalam hal ini dapat diambil kesimpulam bahwa kau juga akan menyalahkanku. Jadi apapun yang kulakukan, selalu salah dimatamu, padahal itu ada yang benar. Kau selalu memvonisku salah, salah dan salah. Dan kau selalu bilang bahwa kau yang selalu mengalah. Oh Tuhan, sadarkanlah hati dan pikirannya! Aku selalu hafal betul apa yang akan kau ucapkan tak pernah menyimpang jauh dari perkiraanku.

0 komentar